Farewell

Processed with VSCO with 5 preset

by ayshry

“Selamat tinggal.”

***

Sudut bibir Valerina tertarik membentuk garis simetris meski rasa sakit mulai merambati salah satu organ penting dalam tubuhnya. Ia merasa sesak, namun sekuat tenaga mencoba agar terlihat baik-baik saja meski nyatanya tengah merana.

Jika ada hal yang mampu membuatnya pura-pura tegar, berarti ada pula hal yang membuatnya enggan untuk menghirup napas dan memilih untuk enyah dari kehidupan. Tetapi hal tersebut terlalu konyol untuk dilakukan. Mati tidak akan mengubah segalanya. Malah akan menambah beban baru dan bahkan kau tak tahu apa yang tengah menunggu usai nyawa tak lagi berada di jasad. Val benar-benar mengetahui hal tersebut sehingga enggan untuk mengambil jalan pintas yang terdengar bodoh itu.

Setitik cairan bening mulai membentuk anak sungai kecil di pipi tirusnya. Val terisak, meski mencoba agar tak mengeluarkan suara, namun desahan lirihnya masih dapat ditangkap rungu. Pandangan yang mengabur tak menyulutkan niatnya untuk tetap membiarkan tatap tertuju pada titik yang dilihat kini; ia terlalu merindu sampai-sampai mengabaikan pilu yang menggebu pun perih yang mengukung diri.

“Kau terlihat bahagia.” Tanpa sadar bibir mungilnya menelurkan kata-kata tersebut. Berharap bahwa tak seorang pun mendengarkan meski ia ingin seseorang di sana mengalihkan pandangan dan menyadari kehadirannya. Apa ia terlalu ringkih sehingga tak terlihat meski wujudnya tampak nyata? Entahlah, mungkin ada sesuatu yang lebih besar yang mampu menutupi eksistensi dari seorang Valerina.

Dalam pandangannya kini, sosok itu benar-benar terlihat sama seperti terakhir kali mereka bersitatap. Hanya ada satu perbedaan yang begitu mencolok, yaitu sebuah tangan yang tergenggam pun sosok lainnya yang bergelayut manja di lengan besarnya. Val lagi-lagi memaksa senyuman, tepat ketika ia melihat pemuda itu menarik sudut bibirnya ke arah si gadis yang tidak asing baginya.

Well, Val mengenal sang gadis, tidak benar benar mengenalnya namun ia tahu siapa gadis yang berada dalam genggaman pemuda itu kini. Gadis yang sama yang sempat membuatnya meluapkan amarah pada si pemuda, gadis yang sama yang pernah membuat si pemuda berucap janji yang kini hanya tersisa kenangan saja. Bajingan memang, janji lelaki itu tak pernah biasa dipegang barang sedetik pun.

Jika Val dapat mengembalikan ingatan ke waktu dimana ia merasa bahagia berada di pelukan si pemuda, maka ia ingin mengumpat sebanyak-banyaknya. Mengeluarkan berbagai makian yang tak sempat ia lepaskan bahkan ketika perpisahan membuatnya mau tak mau melepaskan kebahagian tak abadi tersebut. Lagi-lagi Val mencoba tersenyum meski ingatan mulai memutar memori yang seharusnya membuat ia sesegukan saat itu juga.

Duke itu memang bajingan tak tahu diri. Duke memang lelaki sialan yang ingin ia maki. Namun sebagian hati kecilnya justru menginginkan kehadiran sosok tersebut dan jika bisa, ia ingin memperbaiki segalanya. Mempertahankan apa yang seharusnya menjadi miliknya, menahan diri agar lebih bersabar lagi dan menetapkan pilihan bahwa Duke adalah satu-satunya yang ia butuhkan hingga pemuda itu mengkhianati.

Yeah, Duke memang seberengsek itu. Bahkan setelah mengumbar janji dan melakukan segala hal yang mampu membuat Val hanyut dalam kebahagiaan, pemuda itu malah memilih untuk pergi dan menjalin kasih dengan si gadis sialan itu. Adik kelasnya; yang katanya hanya ia anggap sebagai adik ketika Val mempertanyakan perihal hubungan mereka dulu sekali. Ck, pembohong besar. Sialan.

Tanpa sadar, rasa benci yang mulai sirna kini terkumpul kembali. Bahkan lebih banyak dari sebelumnya dan membuat Val berdecak tanpa sadar. Tak ada lagi tatapan sendu, tak ada lagi airmata yang tergenang atau membanjiri pipi. Val bahkan melihat sosok itu dengan tatapan penuh kebencian kini. Saking bencinya, ingin rasanya ia berlari mendekat lalu melontarkan kata-kata penuh amarah dan melempar gadis sialan itu ke sungai yang berada di pelupuk mata.

Alih-alih merepotkan diri sendiri, Val memilih untuk melepaskan tawa kini. Tawa penuh kelegaan, tawa bahagia yang entah bagaimana bisa singgah pada dirinya yang sempat merindu tadi. Apa? Rindu? Pada bajingan itu? Ck, sepertinya otak gadis itu sempat konslet dan kehilangan fungsinya. Mungkin efek kaget lantaran bisa bertemu dengan pemuda itu lagi, singkat namun mampu membuatnya sadar bahwa perpisahan yang terjadi adalah sebuah anugerah terindah yang pernah menyapa hidupnya.

Valerina kini membiarkan tungkainya kembali melanjutkan petualangan kecilnya. Melepaskan kedua orang yang hampir membuatnya meludah dan mengumpat kuat-kuat. Sepertinya kini ia sudah menetapkan pilihan. Si bajingan takkan membuatnya goyah lagi, si bajingan akan ia lupakan seperti udara yang takkan pernah tertangkap mata.

Val akan melupakan semua. Baik itu tentang hubungan kelamnya maupun segala kenangan yang ada. Tentang gadis sialan yang merusak hubungannya juga si pemuda bajingan yang merusak hidupnya. Tentang ia yang sempat tak mampu melepaskan, tentang ia yang pernah enggan untuk berpisah. Tentang kenangan yang masih tersisa. Tentang kesedihan yang terkadang masih mencuri waktu berharga miliknya. Tentang takdir yang menyakitkan. Tentang masa lalu yang pernah membuatnya meratap dalam diam. Karena waktu telah memberikan  segalanya dan saatnya Val membalas pemberian indah tersebut. Dengan cara melupakan dan membiarkan takdir membawanya menuju masa depan yang lebih indah, tanpa si gadis penganggu, tanpa si pemuda berengsek. Kelak, Valerina akan menemukan sosok yang benar-benar mencintainya dengan setulus hati, bukan dengan kata-kata rayuan yang terdengar memabukkan namun hanya manis diawalnya saja.

Selamat tinggal, Keparat. Bahagiamu bukan bahagiaku dan kuharap bahagiaku lebih indah dari bahagiamu. Pergi saja yang jauh, aku tidak peduli lagi. Dan jangan pernah kembali ketika aku sudah menemukan pengganti yang lebih-lebih-lebih darimu dalam hal segalanya, Duke.

-Fin.

4 respons untuk ‘Farewell

  1. Sayonaraaaa, Duke! BYE!!!

    sian bgt sih si Val. Sudahlah mbak, jangan nangis, eman itu kristal beningnya, bisa dijual /eh dikira duyung nangis jd mutiara wkwkwk

    /diusir

Tinggalkan komentar